Rabu, 13 Januari 2010

Renungan Minggu I Dung Epiphanias


“DALAM YESUS KITA BERSAUDARA”

            Benarkah di dalam Yesus kita "Bersaudara"? Pertanyaan ini sungguh kita renungkan di dalam hati, karena dalam kenyataan sosial, masih mudah ditemukan sikap dan kekerabatan yang melihat "rupa" dan derajat seseorang. Bahkan, konflik pun gampang tersulut karena perbedaan kelompok, asal-usul, bukan sekampung halaman ataupun latar belakang yang tidak serumpun. Berani kah kita melepas kan diri dari belenggu "menghakimi" dan menjadi murid Yesus dengan segala konsekuensi? Apa yang terlintas di benak kita? Jangan-jangan benar, teguran Paulus (Kor 3:4 dan Gal 2: 11-14) masih berlaku hingga sekarang, bahwa kita lebih mengutamakan kelompok, bukan memandang orang lain sebagai saudara.
            Apalagi, jika berbeda faktor budaya, adat-istiadat dan bahkan keyakinan agama, kita cenderung melihat mereka sebagai "orang lain" bukan saudara. Membaca nama atau marga yang berbeda, bisa membuat jarak dalam persahabatan, persaudaraan. Barangkali, kita terlalu menerjemahkan secara harafiah kata "sesama" dan "bersaudara". Namun, bukankah setiap manusia merupakan gambar Allah? Yesus sendiri mengajarkan kepada kita bahwa kehadiranNya untuk mengasihi semua manusia, sebagai perwujudan kasih setia kepada Allah BapaNya di Surga. Yesus bersabda: " Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat-istiadat nenek moyangmu?. Hai orang-orang munafik ! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu; Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Mrk 7:3,7-9)
            Bersaudara yang dikehendaki Yesus, bukan semata bersatu dalam doa, juga bersatu dalam sikap dan perbuatan. Sikap rendah hati dan tulus menghormati satu sama lain tanpa memandang status sosial maupun gelar kehormatan. Berbuat kasih melayani siapapun, dengan menyingkirkan kepentingan dipuji. Sebagai murid Yesus, kita diutus mewartakan dan menyelamatkan sesama manusia. Dimulai dari keluarga, di tengah persekutuan gereja, tetangga, di tempat kerja di mana pun kita berada. Ikut ambil bagian dalam kegiatan lingkungan, merupakan tindakan kasih yang konkret. Begitu banyak program yang menanti kita untuk berkarya di ladang Tuhan, sesuai dengan talenta yang dikaruniakan kepada setiap orang: pelayanan doa, meningkatkan kesejahteraan jemaat, kepedulian kepada janda dan anak yatim piatu, ikut dalam kategorial/kelompok koor,  menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk program sosial bersama, penghiburan dan bantuan kepada warga yang sakit, dan sebagainya. Bayangkan setiap orang/sesamamu adalah utusan Tuhan yang dikirim buatmu untuk kamu kasihi, kamu tolong, dan kamu pelihara, karena Allah telah terlebih dahulu mengasihimu.           Untuk itu, perbuatlah demikian! Amin…

Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki (Gal 5:25-26)

Persaudaraan yang sejati seperti tangan dan mata. Apabila tangan terluka, maka mata akan menangis. Dan apabila mata menangis maka tangan akan menghapus air mata  itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar